Ketergangguan dekat Pelabuhan Tanjung Priok Mendapat Sorotan atas Pelaku Usaha

Ketergangguan dekat Pelabuhan Tanjung Priok Mendapat Sorotan atas Pelaku Usaha Ketergangguan dekat Pelabuhan Tanjung Priok Mendapat Sorotan atas Pelaku Usaha

BERITA - JAKARTA. Keterjebakan parah bahwa terjadi dekat kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dalam Rabu (2/3) kemarin mendapat respons melalui berbagai perwakilan pelaku usaha. Asal kenal saja, keterjebakan tercatat berawal melalui gangguan listrik dekat Common Gate Area (CGA) terminal New Priok Container Terminal One (NPCT-1) dalam Rabu (2/3) pukul 01.00 WIB.

Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta Adil Karim mengaku, berdasarkan laporan yang hadir ke ALFI Jakarta, matuna gangguan listrik belaka terjadi dempet Common Gate Pelabuhan NPCT-1. Ini mengingat Tanjung Priok mempunyai 5 terminal pelabuhan.

Walau begitu, imbasnya ketertahanan terjadi pada sekitar pelabuhan. Banyak kendaraan truk kontainer adapun terjebak tertahan maka sekitar 4 jam dan butuh era maka Rabu siang akan mengurai ketertahanan terkandung. Alhasil, dampak secara materi dan era sudah dipastikan ada.

“Efeknya terjadi keterleletan bagi anggota ALFI bersama trucking yang mau mengambil kontainer impor kepada dikirim ke manufaktur atau industri, biarpun kepada ekspor tidak ada kerugian ketinggalan pengapalan dampak keterleletan gate in,” ungkap dia, Kamis (3/3).

Ia menyebut, biasanya ada waktu-waktu tertentu kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dilanda ketersendatan imbas volume kontainer maka arus logistik yang adiluhung. Hal ini terjadi utamanya mulai hari Rabu sampai Sabtu, karena para eksportir mengejar batas closing time meskipun importir agak berbondong-bondong ke pelabuhan agar saat akhir pekan kontainer sudah dikirim ke industri.

ALFI Jakarta menemukan bahan bahwa area Common Gate dalam NPCT-1 kerap terjadi keterganjalan karena lokasi Common Gate untuk menuju terminal pelabuhan sangat ambang bersama jalan raya umum. “Kami pernah usulkan dilakukan perubahan lay out serta Common Gate digeser lebih ke dalam lagi, namun sampai saat ini belum doang dilakukan,” tukas Adil.

Sementara untuk keampuhan arus barang ekspor-impor selanjutnya domestik, ALFI Jakarta sejak lama telah mengusulkan dibanun suatu sistem bahwa bernama Terminal Booking System (TBS) di Pelabuhan Tanjung Priok. Sistem ini dipandang dapat mengurai ketersendatan demi selanjutnya menuju Pelabuhan Tanjung Priok sesantak lebih efisien selanjutnya efektif demi sisi era.

“Namun, akan menerapkan sistem ini pengelola pelabuhan wajib menyiapkan buffer di sisi timur pelabuhan, sekalipun di sisi barat pelabuhan sudah ada buffer adapun disiapkan,” jelas dia.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro mengatakan, keterganjalan akan Pelabuhan Tanjung Priok bukan kali ini saja terjadi. Pernah suatu waktu, kontainer-kontainer daripada aktor usaha kudu terjebak terganjal sangkat semalam.

Meski tidak mendapat data nan pasti beserta rinci, Toto mengaku kerugian nan ditimbulkan oleh kemacetan dempet kawasan pelabuhan tersebut cukup hebat. Mulai dari membengkaknya biaya BBM, tol, beserta akomodasi lain selama perjalanan, sampai-sampai penalti closing time dempet pelabuhan. “Supir beserta pihak pertaktikan sama-sama menanggung kerugian,” tutur dia, Kamis (3/3).